Buat saya, cinnamon hot chocolate ini bisa dibilang minuman terfavorit dari
semua menu minuman yang sering saya sajikan. Aroma kayu manisnya bikin pikiran
jadi tenang, rasanya bikin hati tambah adem di kala galau. Biasanya saya
menikmati secangkir cinnamon hot
chocolate ini pas lagi sedang membutuhkan pikiran yang tenang atau
menikmatinya di kala hujan tiba di sore hari, pas deadline kerjaan mepet, atau
pas lagi laper tapi ngga ada makanan karena cukup mengenyangkan untuk beberapa
saat.
Susu yang digunakan pada cinnamon hot chocolate ini bisa berupa
susu sapi segar atau susu full cream. Saya sering memakai susu full cream merk
Ultra Jaya atau Frisian Flag, rasanya oke punya, tapi jika Anda menyukai merk
lain no problemo, semuanya sedap.
Untuk menghasilkan aroma kayu manis yang enak, susunya direbus terlebih dahulu
dengan kayu manis. Pilih kayu manis yang batangan ya, cukup 5 cm saja. Jangan
terlalu banyak karena nantinya akan cenderung terasa pahit. Belilah kayu manis
batangan yang masih bagus tampilannya. Kayu manis banyak digunakan sebagai
salah satu rempah masakan khas Indonesia seperti semur daging. Rasanya yang
khas dapat menambah cita rasa lezat pada setiap masakan.
Untuk cokelat, Anda bisa menggunakan
merk apa saja, asal pastikan membeli cokelat yang belum kadaluarsa. Perhatikan
kemasan cokelat, biasanya suka tertera tanggal expired-nya. Sebagai bahan topping, bisa menggunakan cokelat bubuk
atau cokelat yang dicincang kecil-kecil. Pastikan cokelat bubuk yang masih
fresh dan kita menyaringnya terlebih dahulu ketika akan ditaburkan di atas
minuman. Supaya lebih sedap bisa ditambahkan krim kocok di atasnya.
Bahan:
400 ml susu sapi segar/susu full cream
5 cm kayu manis
1 sdm cokelat bubuk
20 grdark cooking chocolate, cincang
Topping:
Krim kocok (optional)
Cokelat
bubuk atau cokelat cincang
Cara membuat:
Rebus susu
dan kayu manis hingga mendidih.
Masukkan dark cooking
chocolate dan cokelat bubuk. Aduk hingga cokelat larut.
Angkat,
saring.
Tuang ke
dalam 2 buah cangkir/mug.
Beri topping-nya.
Sajikan segera. Sajikan untuk 2 cangkir/mug.
Sayur asem sudah sangat familiar di kalangan masyarakat kita, pun
termasuk di keluarga saya. Mamah selalu masak sayur asem ini disajikan dengan
tempe, tahu, ikan asin, sambal terasi, dan kerupuk. Jenis ikan asinnya bisa apa
saja, ikan asin sepat, ikan asin peda, ikan asin jambal roti, dan ikan asin
lainnya sesuai selera masing-masing. Rasa asem dari sayur asem bikin segar dan
yang pasti selalu ngangenin. Sayur asem bisa disajikan sebagai menu andalan
untuk berbuka puasa bersama keluarga tercinta.
Kali ini saya akan share resep sayur asem Jakarta. Perbedaannya dengan
sayur asem khas Sunda adalah karena sayur asem Jakarta isinya lebih variatif,
ada tambahan nangka muda dan pepaya muda, kalau suka ada juga yang menambahkan
oncom. Sedangkan sayur asem khas Sunda identik dengan isian kacang panjang,
kacang tanah, jagung, buah dan daun melinjo, serta labu siam.
Jagung yang
digunakan untuk sayur asem sebaiknya pilih jagung muda karena rasanya lebih
manis. Untuk nangka muda, di pasaran ada dua warna, ada nangka muda yang
berwarna putih dan nangka muda yang merah, dua-duanya bisa digunakan untuk
sayur asem. Gunakan asam mentah yang kondisinya masih fresh atau segar pada
sayur asem Jakarta ini biar rasa asemnya lebih pol, karena asem mentah memang
memiliki rasa asem yang lebih kecut dibanding yang matang.
Bahan:
200 gr nangka muda, potong-potong, rebus
½ bh labu siam, potong-potong
100 gr pepaya muda, potong-potong
75 gr melinjo, rebus
75 gr kacang tanah, rebus
2 bh jagung manis, potong 3 cm
10 lonjor kacang panjang
25 gr daun melinjo
10 bh asam mentah, memarkan
2 bh cabai hijau, potong memanjang
2 cm lengkuas, memarkan
2 lbr daun salam
3 ½ sdt garam
½ sdm gula pasir
3 lt air
Bumbu Halus:
8 btr bawang merah
3 siung bawang putih
6 bh cabai merah keriting
5 btr kemiri, sangrai
½ sdm terasi
Cara Membuat:
Didihkan air. Masukkan bumbu halus, asam, cabai hijau,
lengkuas, dan daun salam. Masak sampai harum. Tambahkan garam dan gula pasir.
Aduk rata.
Masukkan jagung manis dan melinjo. Masak sampai matang.
Tambahkan pepaya, labu siam, kacang tanah, dan nangka. Masak sebentar.
Masukkan kacang panjang dan daun melinjo menjelang
diangkat, aduk rata.
Berbuka dengan yang manis. Buka puasa
memang identik dengan santapan yang manis terlebih dahulu. Kalaupun mau
menikmati segelas es dingin, saya tidak lantas langsung mencicipinya, minum air
putih dan beberapa biji buah kurma selalu diutamakan, biar lambung nggak kaget
maksudnya, hehe. Setelah dikasih jeda beberapa menit, barulah es segar bisa
dinikmati. Es segar yang disertai dengan buah-buahan memang menggugah selera.
Rasa segarnya seolah bisa memulihkan energi kembali setelah seharian berpuasa.
Nah, apa favorit buah-buahan Anda untuk dijadikan es segar? Kalau saya,
alpukat. Alpukat, karena rasanya yang hambar jika dimakan tanpa tambahan
apa-apa, saya biasa makan alpukat dengan cara dikerok dicangkangnya dengan
diberi sedikit taburan gula pasir atau susu kental manis.
Memilih alpukat yang bagus bagian
dagingnya cukuplah mudah, kita bisa memilih alpukat yang mulus warna hijaunya,
jangan memilih yang sudah tampak tanda hitam yang berbintik-bintik. Tekan
daging alpukat, jika terasa keras itu tandanya alpukat belum matang, pilihlah
alpukat yang jika ditekan terasa lembut. Hindari alpukat yang bonyok karena
hanya sedikit bagian dagingnya yang bisa kita makan. Kalaupun ketika membeli
alpukat memilih alpukat yang belum matang, kita bisa menyimpannya terlebih
dahulu di suatu tempat. Bahasa Sunda-nya mah dipeuyeum dulu, didiamkan selama beberapa hari sampai alpukat matang.
Saya suka menyimpan alpukat mentah ini di tempat beras, simpan alpukat di atas
beras, konon katanya hal ini akan mempercepat proses pematangan alpukat secara
keseluruhan dan alpukat tetap mulus.
Salah satu hidangan es segar dari
alpukat adalah es leci avocado, cara membuatnya super mudah, cukup menyiapkan
bahan seperti alpukat matang, leci, sirup cocopandan atau stroberi, dan air es
batu secukupnya, dimix semuanya jadi satu, segeeerrrr! Berikut resep lengkapnya ya... Bisa untuk dua gelas.
Bahan:
4 sdm sirup cocopandan atau sirup stroberi
1 buah alpukat, kerok dengan sendok
10 buah leci
air es batu secukupnya
Cara membuat:
Susun alpukat, leci, tambahkan sirup stroberi/cocopandan,
air es batu, aduk-aduk.
Membuat salah satu minuman
segar yang bahannya mudah didapatkan itu pasti bikin kita semangat meraciknya,
apalagi jika bahan tersebut ada di sekitar halaman rumah misalnya. Salah satu
tanaman yang ada di halaman rumah saya adalah lidah buaya. Karena keberadaannya
jarang digunakan, bahkan hanya terlihat sebagai pelengkap tanaman saja menemani
tanaman lainnya, kali ini saya gunakan lidah buaya sebagai bahan membuat es
lidah buaya. Sebagai hidangan pembuka kala azan maghrib berkumandang di bulan
puasa sangatlah pas, pas manisnya, pas enaknya, pas segarnya.
Lidah buaya salah satu tanaman rumahan yang mudah ditemukan. Lidah buaya,
selain digunakan untuk perawatan kecantikan/make up, obat, bahan shampoo, dijadikan sebagai minuman segar
juga nikmat, es lidah buaya selasih. Kita juga bisa menambahkan buah-buahan
lainnya agar es lidah buaya terasa semakin sedap seperti semangka, pepaya,
melon, kiwi, dan buah naga atau buah-buahan sesuai selera Anda. Yang digunakan
sebagai bahan es lidah buaya selasih adalah bagian dagingnya saja. Agar daging
lidah buaya tidak berlendir, cuci dengan air mengalir sampai lendirnya tidak
ada, direbus sebentar dengan tambahan gula pasir dan sedikit garam. Rasa dari
daging lidah buaya sendiri menurut saya terasa seperti timun, hanya saja kalau tekstur
lidah buaya cenderung kenyal. Nah, di rumah Anda ada tanaman lidah buaya? Yuk,
dibikin #essegar lidah buaya selasih aja, bahannya mudah didapat dan simple
banget.
Bahan:
3 batang lidah buaya
250 ml air untuk merebus
2 sdm gula pasir
¼ sdt garam atau secukupnya
½ buah pepaya, bersihkan bijinya
1 sdm biji selasih, rendam dengan 4 sdm air panas
es batu secukupnya, haluskan
sirup stroberi/cocopandan secukupnya
Cara membuat:
1. Belah lidah buaya dua bagian dengan arah memanjang.
2. Bersihkan kulit lidah buaya dengan menguliti salah satu sisinya terlebih
dahulu, setelah itu baru menguliti bagian yang satunya lagi. Hati-hati saat
menguliti kulitnya karena lendirnya membuat tangan jadi licin ketika memegang.
3. Potong-potong daging lidah buaya, lalu cuci bersih dengan air mengalir
sampai tidak berlendir lagi.
4. Panaskan air dalam panci, tambahkan sedikit garam dan 2 sdm gula pasir,
tunggu sampai mendidih, baru masukkan daging lidah buaya yang telah dicuci
tadi. Rebus selama 5 menit.
5. Tiriskan daging lidah buaya, campurkan dengan es, aduk-aduk.
6. Siapkan pepaya, sendokkan pepaya bentuk bulat atau dipotong-potong sesuai
selera.
7. Siapkan gelas, ambil 2 sdm es lidah buaya, taruh paling bawah.
8. Ambil beberapa potongan bulat papaya, simpan di atas es lidah buaya tadi.
9. Ambil 1 sdm biji selasih, taruh di atas susunan pepaya tadi.
10. Susun lagi es lidah buaya, pepaya, biji selasih, dan yang terakhir es
lidah buaya lagi
.
11. Siramkan es lidah buaya dengan sirup stroberi atau siru cocopandan
secukupnya (manis sesuai selera Anda).
Sahur, di rumah saya wajib menyediakan sayur, bebas sih jenis sayurnya
yang penting sayur. Sayur ini memang request
suami, makan sahur tanpa sayur rasanya seuseut
alias susah ditelan-ngga selera makan. Bosan dengan sayur sop, akhirnya saya
coba-coba bikin sayur jenis lainnya seperti sayur labu siam ebi, sayur lodeh,
sayur tempe, sayur ikan tongkol, dan sayur-sayur lainnya yang nanti akan saya
posting semuanya.
Ebi, pada masakan memang memberikan rasa yang gurih dan khas enaknya.
Seperti pada resep kali ini, bahan utamanya adalah labu siam dengan tambahan
kacang panjang, tomat yang membuat rasa sayur lebih segar, adanya udang dan
ampela, serta si ebi yang membuat makanan ini menjadi ketagihan ketika
menyantapnya. Walaupun terkesan repot menyiapkan makanan sahur untuk keluarga,
untuk jenis sayur saya selalu usahakan untuk memasaknya pada saat itu juga biar
sayurnya juga fresh, bukan hasil menghangatkan dari makanan kemarin. Tentunya,
semalamnya saya sudah siapkan bumbu dan bahan-bahan yang diperlukan, biar pas
mau masak tinggal eksekusi deh.
Salah satu
bahan yang saya siapkan adalah labu siam. Mengolah labu siam cukup tidak mudah
karena mengandung
getah. Begitu labu siam dibelah dua membujur, satukan kembali sambil digosok-gosok agar getah
keluar. Kupas kulitnya, cuci bersih, tiriskan, iris bentuk korek api, lalu
remas-remas dengan air garam untuk menghilangkan lendir dan lemas sehingga
mudah matang saat dimasak. Nah,
labu siam ini bisa disimpan di kulkas.
Bahan lainnya
yang perlu disiapkan adalah menyangrai ebi terlebih dahulu, lalu haluskan,
simpan di dalam wadah kedap udara. Bahan bumbu halus, ulek atau blender, simpan
di wadah, letakan di kulkas. Untuk memudahkan dan menyingkat waktu memasak
ketika sahur, tempatkan bahan lainnya yang diperlukan dalam satu wadah, seperti
tomat, kacang panjang yang telah dipotong, daun salam, dan lengkuas.
Untuk
penggunaan santan ini bergantung pada selera Anda, 750 ml yang saya sertakan di
resep bisa Anda kurangi atau tambahkan. Berikut resep lengkapnya ya,
Bahan:
250 gr udang, buang kepala, kerat punggung
6 bh ampela rebus, iris
100 gr kacang panjang, potong 1 cm
250 gr labu siam, potong bentuk korek api
2 lbr daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
1 bh tomat, potong-potong
1 sdt garam
1 sdm gula merah
25 gr ebi, sangrai, haluskan
3 sdm minyak untuk menumis 750 liter santan
Haluskan:
10 bh cabai merah
8 bh bawang merah
3 siung bawang putih
4 bh kemiri, sangrai
Cara Membuat:
Tumis bumbu halus, daun salam, dan lengkuas sampai
harum. Masukkan santan sambil diaduk hingga mendidih.
Tambahkan kacang panjang, labu siam, udang, ampela,
ebi halus, garam dan gula merah, masak sambil diaduk hingga mendidih.
Terakhir tambahkan tomat, masak sebentar, abngkatb.
Ayo, ngaku, siapa yang suka jajan di
luaran? nyicipin kuliner sana sini terus nggak lupa difoto-foto dulu sebelum
dimakan kemudian diupload ke sosial media? Aktifitas semacam itu sekarang
memang sudah membudaya di sekeliling kita, foto dulu baru deh berdoa sebelum
makan, hehe. Saya sendiri termasuk orang yang begitu, tiap kulineran di tempat
favorit, yang harganya terjangkau, rasanya enak selalu diabadikan dengan
kamera. Upload ke sosmed pun sebetulnya cuma iseng-iseng aja awalnya, sekedar
ngasih info ke teman-teman bahwa ada makanan or minuman sedap loh disini, tuh
disitu yang rasanya oke punya. Ya, cuma ngasih informasi saja tanpa ada embel
apa-apa.
Nah, sekarang ini ada aplikasi kece
dari Foody.id, sebuah aplikasi yang berasal dari Vietnam, penampilan fiturnya
menarik dan yang pasti asik banget buat orang-orang yang suka kulineran. Jika
kita gabung dengan Foody.id kita akan mendapatkan keuntungan berupa poin,
semakin aktif maka poin yang didapatkan juga akan semakin banyak. Kita bisa
reedem dengan voucher makan jika sudah mencapai jumlah tertentu. Nggak mau kan, jika misalnya tiap awal bulan
kita bisa makan enak di resto atau cafe favorit tapi di akhir bulan cuma bisa
gigit jari karena makan seadanya dengan tahu atau tempe doang atau mie instan,
hihi. Salah satu tips supaya bisa tetap makan enak di resto/cafe, gabung aja
bersama Foody.id, kamu dikasih kesempatan untuk mendapatkan poin
sebanyak-banyaknya dengan catatan, kamu harus sering upload makanan tiap kali
berkuliner ria. Sertakan keterangan tiap kali upload, mengenai nama makanannya,
tempatnya dimana, harganya berapa, dan info-info lainnya yang berhubungan
dengan makanan tersebut. Buat kamu yang punya HP Android, aplikasi foody.id ini
bisa diunduh di Google Play atau Apple Store kalau kamu punya handset berlogo
apel dengan iOS-nya.
Biar lebih jelas, ada pencerahan, dan
ngga bingung, tonton video “How to use Foody.id” berikut yang saya unggah dari
Youtube deh, gimana caranya kamu bisa gabung bersama Foody.id
Gimana, tertarik kan sama aplikasi
Foody.id? Daripada foto kulineran cuma diupload ke medsos, sekarang coba
dimanfaatkan untuk upload ke Foody.id juga, selain beramal bisa ngasih info
sama temen-temen yang lain, kamu juga bisa sekaligus dapat poinnya. Tepat
banget momennya menjelang Ramadhan, pasti banyak yang nyari info seputar tempat
makan dan makanan yang recommended buat
buka puasa bersama. Foody.id juga bagi-bagi THR loh, makanya cepetan gabung dan
dapatkan POIN sebanyak-banyaknya!
Bingung mau kulineran dimana? Ada info menarik nih
buat para penggemar bakso di Kota Bandung tercinta ini. Ada Festival Bakso Juara
di Jln. Ir. Soekarno atau Jln. Cikapundung selama dua hari berturut-turut,
yaitu hari Sabtu ini dan Minggu, 28-29 Mei 2016. Transaksi jual beli di sini
tidak bisa dilakukan secara langsung menggunakan rupiah, jika Anda hendak
membeli baso, tukarkan terlebih dahulu rupiah dengan mata uang FBJ di stand khusus penukaran voucher yang ada depan dan ditengah-tengah stand bakso-bakso.
Tempat penukaran uang menjadi bentuk voucher
Ada sekitar 46 stand yang ada di FBJ. Baso yang ada
di sini merupakan baso-baso yang ada di Bandung dan Cimahi. Biar ngga pusing
pas kesana mau beli dan milih baso yang mana yang akan disantap, berikut ini
beberapa nama stand pilihannya, ada Baso Tahu Andis Malabar, Batagor H. Yunus,
Yoels Batagor Kuah Instan, Mie ayam Jamur+Baso (Tamie), Sizi Steak Baso, Baso
Malang Langgeng, Selys Raya Siomay, Mie Ongklok, Baso Tahu Cihuy, Baso AZ, Baso
Pak Edi Suka Senang, Baso Mas Tato, Mymo Baso, Cuankie Bandung, Cuankie CLBK,
Mangkok Ariwani, Mie Baso Banda, Bakso Duren, Baso Tasik Bu Lely, Mie Tegallega,
Baso Citamiang, Baso Simponi, Hamzah Ramen, Cendana Baso Tahu dan Batagor,
Republik Dimsum & Noodle, Baso So’un De Kock, Mie Kocok Holis, Mr. Afat,
Mey Batagor, Baso Buah Hati, Kazoku Ramen & Sushi, Baso Neng Iin, Ramen
Rojali 55, Batagor Pesiar, Baso Mang Khifu, Mie Kocok & Baso Ahmad, Baso
Kelapa Muda Mama Azka, Baso Tahu Atik, Baso Cak Masrur, Baso Mas Brow, Baso
Tasik Juara, SEblak Baso, dan Baso Bakar ala Chef, Cuankie Mandiri, Batagor Ceu
Etty, Cwie Mie Malang, dan D’ries Mie Udang. Nah, mana coba baso favoritmu?
Saya sendiri mencoba dua jenis baso dari stand Mymo
Baso dan Baso Duren. Mymo Baso karena kesukaannya anak-anak, mie yamien
komplit, ada pangsit, baso, sayur, dan ceker. Yang kedua nyicip Baso Duren.
Jujur saja, dari 46 stand yang ada, stand Baso Duren punya magnet tersendiri
buat didatengin. Bagaimana tidak, baru kali ini sih saya tau ada baso duren dan
yang antre di stand ini banyak banget. Baso Duren, bukan baso yang isinya duren
loh, tapi karena bentuk basonya yang tidak sama dengan bentuk baso pada
umumnya. Baso itu kan idetik dengan bentuknya yang bulat, nah Baso Duren,
bentuk basonya tampak berduri layaknya buah durian. Eh tapi, jangan khawatir,
durinya ini nggak tajam kok, masalah rasanya patut Anda coba. Recommended, deh.
Bakso Mymo
Bakso Duren
Penasaran
dengan baso-baso yang ada di FBJ? Yuk, datang aja dan cicipi langsung sensasi
rasanya, FBJ ini mulai beroperasi pada pukul 09.00 sampai pukul 22.00 WIB.
Pada tanggal 19 April 2016 saya berkesempatan mereview varian martabak
terbaru yaitu martabak red velvet cream cheese oreo dari Kedai Martabak
Tropica. Walaupun undangannya dadakan hari itu juga, saya tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang datang karena dengan beberapa food blogger lainnya, kita akan blind testreview dari martabak-martabak yang terkenal di Bandung bareng Pak
Bondan Winarno, seorang food reviewer yang terkenal itu. Jujur saja, saya
sendiri penasaran apa sih keunggulan martabak Tropica dibanding dengan martabak
lainnya yang sama-sama terkenal, bahkan sudah berpuluh tahun malang melintang
di dunia permartabakan di Bandung.
Food Blogger Bandung
Rasa Martabak
Kalau ngomongin martabak, salah satu
jajanan yang sangat familiar di kalangan masyarakat ini, bisa dibilang makanan
favorit saya juga. Makanan yang berbahan dasar terigu, air, telur ayam, soda
kue, santan, dan ragi ini memang dikenal dengan martabak manis, manis karena
adonan ketika dipanggang ditaburi gula pasir. Waktu hamil anak kedua, sempat
beberapa hari ngiler selalu pengen dibelikan martabak manis keju. Disantap
hangat-hangat di sore atau malam hari memang nikmat, apalagi jika dimakannya
rame-rame bareng teman atau sanak saudara. Saya selalu mencari info,
nanya-nanya teman, dimana sih bisa beli martabak yang enak? Oh, di sana, tuh di
situ, eh di sini juga enak loh martabaknya, hampir semuanya selalu saya ikuti
tiap ada saran dan rekomendasi martabak enak, datangi, beli, dan cicipi.
Masalah harga? Itu belakangan, yang penting nyicipin dulu rasanya bagaimana,
beneran enak atau nggak.
Martabak Keju (Sumber IG Kedai Martabak Tropica)
Seorang teman pernah berujar, “Ah, rasa
martabak mah gitu-gitu aja kali, cuma beda di topingnya aja yang macem-macem, makin
banyak toping makin mahal,“ Masalah enak memang subjektif. Enak menurut saya
belum tentu enak menurut orang lain, pun sebaliknya. Tapi, pasti ada beberapa
kriteria yang bisa dikatakan enak/paling enak atau tidaknya suatu makanan,
termasuk martabak. “Anda jangan bilang makanan ini paling enak kalau Anda belum
mencicipi makanan serupa di tempat berbeda, termasuk rasa martabak. Cicipi dulu
semua martabak dari beberapa tempat, lalu bandingkan rasanya, baru Anda berhak
mengatakan martabak ini enak atau tidak setelah melewati proses tadi. Kalau
Anda cuma mencicipi satu atau dua jenis martabak, enaknya menurut versi Anda
ini masih dipertanyakan,” ujar Pak Bondan.
Martabak Pizza (Sumber IG Kedai Martabak Tropica)
Selama ini, enak buat saya adalah enak
di harga dan enak di lidah, hehehe... Hampir semua martabak yang saya cicipi ya
begitu-begitu aja rasanya, jika martabak yang masih panas lalu dimasukkan ke
dalam dus terus dibawa pulang, dibuka, dilahap, bisa dilihat teksturnya, adonan
martabaknya basah dan berminyak, itulah martabak yang kita kenal selama ini.
Kata Pak Bondan, orang asing menyebut basah ini dengan istilah soggy, yaitu basah dan lembek. Topingnya
yang berupa coklat misalnya, akan tercampur dengan adonan martabak panas tadi,
meresap, gula pasir dan coklat jadi bercampur satu, ini yang sering membuat
kita menyantap martabak jadi giung
atau terlalu manis. Lalu, martabak paling enak menurut versi Pak Bondan yang
bagaimana, ya?
History Martabak
Banyak info menarik seputar martabak
yang saya dapatkan dari Pak Bondan. Beliau bertutur, martabak itu dulunya bukan
bernama martabak, melainkan Hok Lo Pan, yang artinya kue orang Hok Lo yg diciptakan oleh orang-orang suku Hakka
yg banyak bermukim di Provinsi Bangka Belitung. Pantas saja Pak Bondan sangat familiar dengan martabak, rupanya beliau sendiri berasal
dari Bangka Belitung. Martabak lama kelamaan memang semakin berkembang, asalnya
dari Bangka, makanya penjual martabak Bangka sangat terkenal. Kini martabak
bisa dijumpai hampir di seluruh penjuru Indonesia. Namun, meskipun asalnya dari
Bangka, masyarakat lebih mengenal bahwa martabak khasnya orang Bandung.
“Masalah kreativitas dan inovasi, martabak Bandung memang juaranya,” Ujar Pak
Bondan lagi. Di beberapa daerah, martabak memiliki sebutan yang berbeda-beda.
Di Semarang, martabak lebih dikenal dengan sebutan Kue Bandung, padahal
martabak sendiri bukan berasal dari Bandung, ya. Di Yogyakarta, martabak lebih
dikenal dengan sebutan terang bulan atau kue bulan karena bentuknya yang bulat
seperti bulan. Di Pontianak, orang menyebutnya dengan apam pinang.
Kali ini memang kunjungan Pak Bondan yang
ketiga
kalinya ke Kedai Martabak Tropica. Pada kunjungan pertama, beliau sudah
mencicipi berbagai varian rasa dari martabak Tropica dan bahkan memberikan
masukan untuk membuat martabak Cakalang. Bahasan tentang martabak tropica
pernah saya posting sebelumnya berjudul Hati-hati Dengan Martabak Tropica, Martabak Paling Enak di Bandung.
Blind
Test Review
Selain martabak Tropica, kita juga
melakukan blind test review terhadap
martabak-martabak terkenal lainnya, yaitu martabak An dan martabak Ca yang
berada di daerah Sudirman, martabak SF yang berada di daerah Burangrang, martabak As dan martabak Can
yang berada di daerah Kebon Kawung, martabak Bo yang berada di daerah Cijerah, serta martabak
Ha yang ada di
daerah Pasir
Kaliki. Ada tiga jenis martabak yang dibandingkan antara martabak Tropica
dengan martabak lainnya, yaitu martabak original yang berisi toping kacang
coklat, martabak tipis kering, dan martabak yang sedang trend saat ini,
martabak red velvet cream cheese oreo. Semuanya tersaji di meja, “Perhatikan
adonan martabak yang satu dengan yang lainnya, dari penampilan saja sudah
berbeda, yang Tropica tidak basah dan padat, sedangkan martabak lain adonannya
basah, lembek, dan berminyak, ini yang dinamakan soggy, terlihat topingnya yang coklat lumer dengan adonan martabak,
meresap, ini yang akan membuat rasa juga berbeda,” papar Pak Bondan.
Blind Test Review Martabak Sebandung (Sumber FB Benny Rhamdani)
Benar saja, ketika mencicipi martabak
coklat kacang dari beberapa merk martabak, dari rasa semuanya terlalu manis, giung, mungkin ini disebabkan karena
penggunaan gula pasir dan coklat yang kebanyakan. Lain halnya dengan martabak
coklat kacangnya martabak Tropica, rasa manisnya tidak menimbulkan giung,
perpaduan gula pasir dan coklatnya pas, adonan martabaknya pun tetap padat dan
tidak basah.
Istilah soggy ini diperumpamakan Pak
Bondan seperti halnya ketika kita makan roti tawar diberi olesan mentega, tambahkan slice keju, lalu
kita makan, masih garing dan kering rotinya. Kemudian coba tambahkan irisan
tomat di atas slice keju tadi, makan lagi, rasanya masih enak. Namun, ketika
roti yang diberi irisan tomat tadi lalu kita diamkan selama satu jam saja, rasanya
akan beda, karena cairan tomat akan merembes ke dalam roti, inilah yang
dinamakan soggy, lembabnya cairan
tomat yang terserap roti tadi, rotinya jadi basah dan lembek, rasanya sudah
tidak natural lagi, lidah pun akan menolak karena rasanya sudah lain.
Menurut Pak Bondan, perbedaan adonan pada
setiap martabak disebabkan oleh cara pengolahan bahannya. Katakanlah bahan yang
digunakan semuanya sama berkualitas nomor satu. Tapi, bisa saja ada salah satu
takaran bahannya yang beda, misalnya yang satu menggunakan air sebanyak 600 ml
dan yang satunya lagi 700 ml, jelas akan membuat hasil adonan yang tak sama.
Penggunaan margarin dan butter juga bisa mempengaruhi hasil adonan, butter terbuat
dari lemak hewani seperti susu sapi dan memiliki warna kuning lebih pucat serta
aroma yang lebih wangi dibandingkan margarin. Margarin sendiri terbuat dari
lemak nabati dengan warna kuning terang.
Kemudian dari penggunaan loyang, kalau loyang panasnya tepat akan
membuat adonan martabak matang sempurna, sebaliknya jika loyang panasnya tidak
tepat, hasilnya pasti beda.
(Sumber IG Kedai Martabak Tropica)
Beliau pun menuturkan, bahwa pernah
menjadi juri tepung berbumbu menggoreng ayam ala Kentucky, ada peserta yang
bertanya, mengapa hasil ayam goreng yang dia bikin tidak seenak dan tidak sama
hasilnya dengan Kentucky, padahal semua bahan dan aturan langkah demi langkah
cara memasak sudah persis sama seperti meremas-remas ayamnya 5 kali ke dalam tepung
yang dilakukan dua kali berulang-ulang, hal ini terjadi karena peserta tersebut
tidak menggunakan panas yang tepat pada minyak gorengnya. Suhu panas yang tepat
sangat mempengaruhi hasilnya, seharusnya ayam yang berbalut tepung digoreng
pada suhu 170 derajat. Nah, bagaimana cara mengetahui suhu tersebut sudah
mencapai 170 derajat? Ya, gunakan thermometer. Jika, suhu hanya dikira-kira
saja, ayam dimasukkan pada suhu 100 derajat misalnya, tentu akan mempengaruhi
hasilnya, tidak akan crispy dan rasanya pun tidak seenak yang diinginkan. Jadi
harus diperhatikan juga, untuk menghasilkan ayam goreng ala kentucky digoreng
dalam minyak banyak atau deep fry
dengan suhu panasnya 170 derajat.
Kesalahan memasak ayam goreng bisa juga
terjadi ketika minyak goreng sebanyak 1 liter misalnya, suhu sudah pas 170
derajat, pada penggorengan pertama memasukkan potongan ayam sebanyak 10 buah,
hasilnya bagus, ayam crispy dan enak, tapi pada penggorengan kedua kalinya
dengan kondisi minyak yang sama, kita masukkan potongan ayam sebanyak 20 buah,
otomatis hasilnya akan drop, mengecewakan, selain terlalu banyak memasukkan
potongan ayam, suhu panas minyak goreng juga menurun, tidak akan sama lagi. Begitu
juga halnya dengan memasak adonan martabak, beda tangan beda hasilnya, beda
juga pengolahannya. Ciri khas dari adonan martabak manis yang dipanggang di
atas penggorengan tebal khusus dengan suhu panas yang tepat akan menghasilkan
adonan kue matang sempurna dan terlihat bersarang seperti Bika Ambon. Adonan
yang bersarang ini merupakan hasil dari ragi yang berkembang dengan baik.
Adonan dari martabak Tropica ini mendapat apresiasi positif dari Pak Bondan,
beda dari yang lain katanya.
Martabak berikutnya yang dicicip adalah
martabak tipis kering coklat kacang dari martabak Tropica dan salah satu dari
martabak AS yang juga terkenal di Bandung. Pertama sih saya nyicip yang bukan
Tropica, adonan kulitnya terasa garing bahkan cenderung terasa keras dengan
rasa manis yang sangat mendominasi #kemanisan, lalu saya cicip martabak
tipkernya Tropica, adonan kulitnya bukan garing, melainkan renyah, rasa
manisnya pas, pas dalam artian nggak kemanisan. Pak Bondan menyebut martabak
tipker dari Tropica ini crunchy sedangkan martabak tipker dari bukan Tropica
crispy. Crunchy itu renyah, crispy itu garing, beda arti. Duh, suer, deh! saya
benar-benar ketagihan sama tipkernya Tropica. Kata Pak Bondan, tipkernya
Tropica yang isi selai durian itu maknyus banget rasanya. Ah, nanti kudu
bener-bener nyobain tuh rekomen dari Pak Bondan.
Jenis martabak ketiga yang dicicip
adalah martabak red velvet cream cheese oreo dari martabak An, martabak Ha, dan
martabak Tropica. Yang jelas topingnya sama, sama-sama cream cheese oreo. Martabak
red velvet cream cheese oreo, adonan martabaknya merah diberi toping cream
cheese oreo. Biasanya, cream cheese selalu disajikan
sebagai dipping untuk kentang goreng
atau olesan pada permukaan roti, crackers atau bagels. Saya sendiri menggunakan
cream cheese untuk cheese cake. Jikalau membuat cream cheese sendiri bahan yang
digunakan cukup simple, susu segar, krim kental, yogurt plain, dan perasan air
jeruk lemon. Makanya rasa cream cheese itu pasti ada rasa asamnya. Yang
pertama, nyicipin dulu martabak red velvetnya dari martabak Ha. Dari segi
penampilan, warna merahnya terlihat sama persis, adonannya juga sama padat,
namun agak berminyak, begitu nyicip, cream cheese nya terasa lebih didominasi
oleh rasa susu dan sedikit asam, enak sih. Yang kedua, nyicipin martabak red
velvet cream cheese oreonya dari martabak An, terlihat adonannya soggy, basah
dan lembek, namun buat saya cream cheesenya pas rasanya.
Pak Bondan sedang mereview Martabak Tropica
Nah, yang ketiga nyicipin martabak red
velvet cream cheese oreo dari Tropica. Dari segi penampilan, adonan martabaknya
jelas tidak soggy, teksturnya padat dan tebal, dan cream cheese dari toping
martabak tropica ini rasanya bikin saya pengen nyicip lagi nyicip lagi, nggak
eneg, rasa asamnya segar karena terasa ada berry-nya.
Cream
cheesenya merupakan olahan sendiri dari Kedai Martabak Tropica. Selain red velvet, cream cheese oreo ini juga top jika
dipadankan dengan adonan green tea dan black sweet, rasanya lebih nendang kata
Pak Bondan mah.
Martabak red velvet cream cheese oreo dari Tropica
Pada saat itu, kita juga diberi
kesempatan buat nyicipin martabak cakalangnya dari martabak Tropica. Martabak
Cakalang adalah varian martabak usulan dari Pak Bondan pada kunjungannya
pertama dulu ke Kedai Martabak Tropica. Setelah dari tadi icip-icip martabak
yang manis-manis semua, begitu nyicip martabak cakalang yang masih hangat,
mulut dan lidah yang tadinya sempet eneg, kembali segar bugar karena ada rasa
pedas gurihnya. Aduh top pisan euy
varian martabak yang satu ini, bumbu rempah khas cakalangnya berasa banget,
lebih nendang karena ada pedas dari cabainya yang bikin mata melek seketika.
Bisa disimpulkan, dari beberapa blind test review terhadap
martabak-martabak terkenal di Bandung, Pak Bondan dan para food blogger lainnya
yang saat itu berkesempatan hadir sepakat, bahwa dari segi penampilan, tekstur
adonan martabak, rasa topingnya, dan kehigienisannya, martabak paling enak
jatuh pada martabak Tropica. Bagi Pak Bondan sendiri, selama ini sering
mereview makanan dari berbagai daerah selalu menomorsatukan rasa, baru yang
kedua adalah tampilannya. Karena tidak semua makanan enak itu punya penampilan
luar yang menarik juga. Jika ada makanan yang direview rasanya enak ya pasti
dibilang enak, jika tidak enak akan jawab dengan jujur juga.
Menjelang acara blind test review selesai, ada dua pertanyaan yang saya ajukan
kepada Pak Bondan, pertama, selama ini kan beliau sering mereview makanan,
mulai dari yang bersantan, pedas, berkolesterol, dan berlemak, bagaimana cara
menetralisir makanan-makanan yang masuk tersebut supaya badan tetap sehat dan
tetap bisa jalan-jalan? *Kalau saya banyak makan ya badan jadi tambah melar,
hehe... Liat Pak Bondan kan asik ya, badannya segitu-sgitu aja. Ternyata, kata
Pak Bondan, beliau termasuk tipe yang bebas makan apa aja diluaran termasuk jajanan,
nggak pilih-pilih, justru menjadi picky
eater ketika ada di rumah, dan selalu mengonsumsi buah-buahan dan sayuran
serta rajin berolah raga.
Pertanyaan kedua yang saya ajukan
adalah seputar duka selama melakukan review di beberapa tempat, kalau sukanya
kan pasti banyak. Keliatannya sih asik-asik aja bisa ngreview sana sini,
ternyata, sekelas Pak Bondan, yang kapabilitasnya tidak diragukan lagi pernah
juga mengalami hal tidak mengenakan ketika hendak mereview makanan di suatu
daerah. “Pernah diusir,” kata Pak Bondan sambil tersenyum. “Tapi tak apa,
setiap orang berhak untuk menerima maupun menolak,” tambahnya. Jadi pelajaran
juga buat saya nih, masih newbie dengan review mereview makanan, nggak perlu
heran nantinya jika mengalami hal tidak menyenangkan di tengah perjalanan,
semuanya dibawa happy aja ...
Berhubung saya
favorit banget sama martabak keju, saya juga beli martabak kejunya Tropica buat
di bawa pulang. Al, si bungsu yang saya bawa serta ketika mereview telah
menghabiskan empat potong martabak keju yang saya pesan tadi. “Enaaaaaak,
banget ya, Mih martabaknya, kejunya banyak nian!” seru Al sambil belepotan.
Emang bener sih, ini martabak kejunya nggak pelit, bikin kenyang yang makan.
Yang saya salut dengan adonan martabak Tropica ini, ketika martabak bersisa dan
dimakan keesokan harinya, rasanya tetap enak walaupun kondisinya memang sudah
dingin, teksturnya masih aja padat, kejunya juga masih utuh alias nggak lumer.
Kenapa bisa begitu? Karena adonan martabaknya nggak soggy. Kalau martabak lain, jika bersisa dimakan keesokan hari,
rasanya udah lain, nggak enak dan tekstur adonannya lembek banget.
Nah, penasaran
dengan kelezatan martabak Tropica? Buktikan sendiri, yuk! Anda bisa datang aja
ke Jalan Burangrang, pilih varian martabak dan toping yang diinginkan sesuai
selera, letak kedainya berdekatan dengan Radio Dahlia.