Rupanya
masakan ibu mertua kebanyakan masakan khas Palembang, hampir sama dengan
masakan Padang. Pasti selalu bikin
resep martabak telur kuah kari, pempek, tekwan, celimpungan, rendang dan malbi jika Ramadhan tiba atau pas lebaran. Berbeda dengan
kebiasaan saya yang nyunda banget kalau makanan, ngga jauh dari yang namanya sambel, lalapan, dan
asin. Bisa dibilang jarang banget makan makanan yang bersantan. Nah, sejak
menikah, makanan bersantan jadi teman sehari-hari. Awal menikah, saya memang
langsung tinggal bareng mertua. Tentunya tinggal serumah dengan mertua dan adik
ipar bukanlah hal yang mudah, saya harus bisa menyesuaikan dan memahami mereka
agar tidak terjadi benturan. Banyak teman kantor yang bilang, “Kenapa tinggal
bareng mertua? Banyak kejadian loh menantu perempuan yang tinggal satu atap
dengan mertua suka banyak perselisihannya, cekcok, ikut campur urusan
rumahtangga nantinya? Sudah kamu pertimbangkan?”
Martabak Telur Kuah Kari |
Yang pasti
semuanya memang sudah dipertimbangkan, saya rasa gimana kitanya aja sebagai
menantu bisa menjaga sikap atau kita harus pandai-pandai mendekati mertua, misalnya
dengan membawakan makanan favorit mertua sepulang kita kerja, selalu bersikap
hormat dan ramah kepada mereka, dan belajar masak sama ibu mertua bisa menjadi
cara jitu supaya kita disayang mertua. Hubungan saya dengan mertua masih sangat
canggung waktu itu. Kayanya harus pintar-pintar cari cara agar hubungan tak
membeku lagi. Suami bilang, “kamu bisa belajar masak sama mamah, mamah itu
masak apa aja bisa loh dan pasti enak hasilnya apalagi kalo masak resep martabak
telur kuah kari”. Hmm, mungkin
dengan cara belajar masak inilah saya bisa dekat dengan ibu mertua.
Delapan
tahun lalu awal saya belajar masak, hal yang paling diingat saya sampai
sekarang adalah ketika hari minggu, pas hari libur kerja, saya liat ibu mertua
sedang berkutat masak di dapur sendirian, inisiatif bantuin ah hehehe...#ini kan bisa menjadi salah satu pendekatan
saya dengan ibu mertua tentunya :D
“Ada yang
bisa dibantu, Bu?” dengan pedenya saya bertanya
“Oh, boleh
boleh, ini bantuin ngupas wortel ya.. mau bikin sayur sup,” jawab ibu mertua sambil nyodorin beberapa buah
wortel berikut pillernya.
Dalam
hati, haduh ini cara ngupas wortel pake
alat ini gimana caranya ya? Selama ini ga pernah masak. Mau nanya suami yang
lagi ada di kamar malu, ya udah deh nanya langsung ibu mertua ajalah...
#nekat
“Hmmm, Bu,
ini cara ngupasnya gimana ya?” nanya dengan wajah polos.
“Hah? Ga
bisa? Ya udah, caranya gini...” ibu mertua dengan tersenyum memberi contoh
bagaimana cara mengupas wortel dengan piller.
“Jadi istri
yang baik itu harus bisa masak untuk
suaminya, masak kesukaan suami, biar suami tambah sayaaangggg, disayang mertua
juga...” tambahnya sambil tersenyum. Aiiiihhh, jleb bangeeet, kudu pinter masak
atuh ini mah, hihi...
“Selama
ini ngga pernah diajarin
masak sama mamah?” tanya ibu mertua lagi.
“Saya
jarang ke dapur, Bu, kalau disuruh masak air, masak mie instan, atau telur
dadar mah bisa...” jawab saya sambil malu-malu.
Deuuh, tau
ngga sih, perasaan saya pada
saat itu antara gondok dan malu jadi satu, maluuuu ngga bisa ngapa-ngapain di depan ibu mertua.
Heuheu... tapi tak apa, ibu mertua saya baiiiik, mau ngajarin mantunya ini dari
nol. Mulai dari ngenalin bumbu dapur satu persatu sampai tiap masak saya selalu diajak untuk melihat
bagaimana cara memasak dengan benar. Akhirnya malah jadi ketawa-ketawa kitanya,
sambil masak sambil ngobrol ini itu ternyata seru, suasana jadi makin mencair.
Jadi
tenaaang, buat Anda yang belum mahir memasak, tak perlu galau, asal ada niat
dan usaha, masak akan bisa dengan sendirinya. Sama halnya dengan saya yang dari
awal nikah sangat awam dengan dunia masak memasak, tapi dengan usaha yang kuat,
kini masak jadi bagian dari hobi. Bahkan bisa dibilang, berkat belajar masak
sama bumer hubungan saya dengan beliau jadi kaya sahabat sekarang. Belajar
masak bisa dari mana saja, nanya resep kepada teman, saudara, otodidak sambil googling, beli buku resep, semua bisa
dilakukan. Mengalami kegagalan sudah sering, tapi terus dicoba
dan dicoba sampai bisa. Dari 8 tahun pernikahan itu, baru sekitar tahun ke empat
pernikahan, tahun 2011an saya bisa masak, masakan yang simple-simple tentunya,
masakan yang diajarin mamah dan bumer. Sampai sekarang saya pun masih belajar
masak, belajar, dan belajar, soalnya masih banyak juga menu yang belum dicoba
^__^.
Salah satu
menu masakan yang diajarin bumer adalah martabak telur kari daging dan menu ini adalah menu favorit suami saya. Ibu mertua selalu membuat kari daging dengan kuah
yang banyak, diberi tambahan daging yang diiris kecil-kecil dan disantap bukan dengan nasi, tapi dengan martabak telur. Kenapa kuahnya banyak? Hmm, kuah kari ini selalu diserbu penghuni rumah, sekali makan pasti mangkuk/piring selalu penuh dengan kuah sementara dagingnya sedikit. Maklum harga daging sapi mahal...hehehe.
Daging
sapi bisa diganti dengan daging kambing jika suka. Aroma dan rasa dari daging
kambing kata bumer memang lebih pas. Menggunakan iga sapi atau tulang sapi juga
tetap enak, lebih gurih malah kalau saya bilang. Ah, mau daging sapi atau
daging kambing, kuah kari ini poolll rasanya.
Salah satu bumbu yang dimasukkan dalam resep martabak
telur kuah kari ini adalah daun kari, jika Anda sulit menemukan daun kari, bisa
di skip penggunaannya. Daun kari
biasanya ada di pasar tradisional. Aroma daun kari sangat khas, wangi bumbu
kari. Yang menambah aroma kari adalah asam kandis. Saya juga baru tahu
bagaimana itu bentuknya, berbeda dengan asam Jawa, asam kandis tersedia dalam
bentuk kering, warnanya hitam, rasanya asam dan pahit, sangat pas untuk
campuran kuah kari atau rendang.
Bahan:
2 kg telur
(sekitar 30 butir telur)
1 kg
daging sapi
2 liter
air
500 ml
santan kental
2 lembar
daun kari
2 butir
asam kandis
1 sdt
bumbu kari
1 sdt
kaldu bubuk
1 sdt garam
1 sdt gula pasir
Minyak
goreng secukupnya
Bahan Kulit:
1 kg
terigu
4 butir
telur
1 ½ sdt garam
3 sdm
mentega tawar, lelehkan
Air
secukupnya (sekitar
Bumbu Halus:
100 gram
cabe keriting
5 buah
cabe besar, buang bijinya
12 siung
bawang merah
6 siung
bawang putih
3 cm jahe
3 cm
lengkuas
1 ruas
jari kunyit, bakar
Cara membuat kuahnya
Rebus air hingga
mendidih, tambahkan potongan daging sapi. Lalu tumis bumbu halus, masukkan daun kari, air,
asam kandis, bumbu kari, kaldu bubuk, garam, dan gula pasir. Masukkan tumisan
bumbu ke dalam rebusan daging. Tambahkan santan kental. Masak hingga daging
empuk. Cicipi rasanya, tambahkan garam atau gula pasir jika dirasa
kurang asin atau manis.
Nah, cara membuat martabak telurnya ini cukup mudah,
buat adonan dadar dari campuran terigu, air, telur,
garam, sedikit mentega tawar cair,
diblend hingga halus, dibiarkan sebentar sekitar 15 menit. Tambahkan air jika dirasa adonan terlalu
kental. Adonan dadar martabak ini sama
dengan adonan dadar untuk risoles, hanya saja adonan martabak menggunakan air
bukan susu full cream. Lalu,
buat dadar di atas wajan yang agak lebar, saya menggunakan wajan datar diameter 28
cm. Dalam kondisi dadar yang masih setengah matang, pecahkan satu butir telur di atas dadar, tepat di bagian tengahnya,
lipat dadar dengan cara tutup telur dengan adonan dadar tadi dari pinggir kanan dan kiri, atas bawah hingga membentuk dadar segi
empat. Balikkan dadar. Tidak perlu membuat dadar sampai benar-benar matang, cukup setengah matang saja,
karena dadar tersebut nantinya akan digoreng.
Cara penyajian dari kari daging dan martabak telur ini sangat mudah.
Goreng terlebih dahulu martabak telur setengah matang tadi,
lalu potong-potong sesuai selera,
siramkan kuah kari ke atas martabak telur, bisa juga ditambahkan sambal cabe ijo dan kentang kukus. Sambal cabe ijo ini dibuat dari campuran irisan cabe ijo keriting,
kecap manis, beberapa sendok teh
air matang, dan cuka. Dijamin, makan
dari hasil resep martabak telur plus kuah kari ini amat mengenyangkan perut. Bisa menjadi pengganti makan nasi.