Minggu, 31 Juli 2016

Hari Termahal Itu, Lebaran


Baju baru Alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya, tak ada pun tak apa-apa masih ada baju yang lamaaaa….#sing a song.

Masih ingat lagu anak-anak yang itu nggak? Hehe… Kalau nggak salah lagunya Dea Ananda, penyanyi cilik Trio Kwek-Kwek ya. Coba liat deh kalau jalan-jalan ke mall pas bulan Ramadhan, diskon gede-gedeannya bikin laper mata, mulai dari baju, sepatu, tas, kerudung, dan hampir semua barang dikasih label diskon, bahkan untuk beberapa menu buka puasa pun di beberapa café dan resto pakai diskon pula. Nggak tanggung-tanggung, ada diskon 50%, ada juga 70%+20%, aduh menggoda iman aja tuh diskon. Saya termasuk emak-emak rempong yang suka belanja di hari diskon, di bulan puasa. Buat tahun ini, berhubung baju emak bapaknya masih pada bagus plus menghemat pengeluaran, jadi beli baju hanya diperuntukkan buat anak-anak. Beli baju anak pakai drama segala.

Karena si cikal tidak dibawa serta berbelanja alias dititip di neneknya—kasian takut pusing sebab doi lagi puasa—si bungsu yang dibawa dipegang sama suami, lah saya sibuk ngubek-ngubek baju yang tertumpuk bareng ibu-ibu lainnya. Lumayan, diskonnya 50%, merk ternama, kualitasnya juga bagus, dan sudah biasa menggunakan merk yang ini, awet bahannya meskipun sudah dicuci puluhan kali. Bau parfum yang beraneka macam baunya bercampur dengan keringat, perut keroncongan, mata rasanya udah belel, tangan pegel karena berkali-kali ngambil baju ini itu, pilih ini pilih itu, jadinya mengira-ngira saja ukuran baju si cikal, pilih pilih pilih, ngantre di kasir yang mengular. Begitu ke basemant, antrian mobil dan motor di siang hari yang terik, panasnya minta ampun karena di basemant no AC lumayan bikin kepala cenat-cenut *rasanya saat itu satu-satunya obat kepala yang paling mujarab adalah segelas es teller atau es kelapa muda :P*

Eh, begitu baju si cikal dicobain, kegedean, nggak bisa dituker, alhasil baju dan celana jeans yang sudah dibeli nggak terpakai. “Mih, Aa kan puasanya udah tamat, Mamih janji beliin baju baru buat Aa kalau puasanya full,” si cikal merengek. Ya sudah, nasi sudah menjadi bubur, baju yang kegedean disimpan dulu aja, lagian anak kan cepat gede, beli yang baru lagi jadinya. Tadinya udah bela-belain hemat dan nyari diskon gede, malah keluar uang lagi dengan harga yang sama buat beli baju plus celananya. #disitu saya merasa gondok. Tapi, tak apalah, buat saya, memenuhi janji sama si cikal lebih berarti daripada diskon gede itu. Melihat anak bahagia, ceria dengan baju barunya bukankah lebih penting daripada diskon gede? Lain kali, saya akan bawa anaknya kalau hendak membeli baju buat mereka, biar nggak terulang kejadian serupa.

Lebaran, selalu dinanti, dirindukan, dan dirayakan eksistensinya. Setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh, hari raya adalah hari dimana seluruh umat Muslim di dunia bersuka cita menyambut kehadirannya, bersuka cita karena kembali fitri atau suci. Karena Idul Fitri hanya terjadi setahun sekali, kita merayakan hari raya ini dengan penyambutan yang luar biasa, mulai dari baju yang identik dengan harus baru *walaupun ngga wajib hukumnya*, angpao, silaturahmi, mudik, makanan khas lebaran seperti opor ayam, ketupat, gulai, atau kue lebaran yang nggak ketinggalan.

Buat saya, lebaran tahun ini merupakan tahun special karena setelah vakum beberapa tahun dari shalat Ied akhirnya bisa kembali berpijak di lapangan khusus untuk shalat Ied. Sejak tahun 2009, setelah memiliki anak, saya nggak pernah shalat Ied ke masjid sebab harus jaga si kecil di rumah. Sekarang, si cikal sudah berusia 7 tahun, yang bungsu 3 tahun, dua-duanya bisa dibawa ke masjid untuk shalat berjamaah. Yeayy! Kembali bisa shalat Ied benar-benar membawa keceriaan tersendiri apalagi bisa shalat bareng anak-anak.
Lebaran kali ini, di hari pertamanya saya ingin merasakan shalat Ied dan silaturahmi di rumah mamah di Antapani, Bandung. Suasana lebarannya lebih terasa, anak-anak juga happy karena banyak saudara yang seumuran dengan mereka. Di Cimahi, lingkungan rumahnya memang nggak seramai di Bandung, cenderung sepi.

Berhubung rumah mertua selalu menjadi tuan rumah di hari lebaran, ibu mertua selalu menyiapkan kue lebaran dan beberapa menu makanan khas lebaran. Beberapa hari sebelum lebaran tiba, kita sudah membuat pempek. Sengaja dibuat jauh hari sebelum lebaran supaya tidak terlalu capek. Lagipula, pempek yang telah direbus bisa disimpan di kulkas bersama saus cukonya. Kalau mau, tinggal menggoreng saja. Selasa di pagi harinya alias H-1, saya sudah berkutat di dapur. Membantu ibu mertua bikin opor ayam, rendang, sambal goreng terasi, martabak kari, sambal cabe ijo, dan sambal kentang ati. Ayam buat opor, saya selalu memotongnya menjadi empat bagian, biar ketika opor bersisa, ayamnya sedap jika dipanggang atau dibakar. Meskipun ada drama harga daging sapi melonjak drastis, membuat rendang dan opor ayam di hari lebaran wajib ada. “Tamu harus dijamu sebaik mungkin, sangat jarang kan saudara jauh bisa ngumpul disini, setahun sekali malah, nggak apa-apa daging sapi mahal, yang penting ada uangnya, lebaran tanpa opor tanpa rendang bagai sayur tanpa garam,” kata bumer sambil tersenyum. Daging sapi dan daging ayam segar memang akan membuat masakan akan lebih sedap dibandingkan daging frozen.


 Dua minggu sebelum lebaran, beberapa jenis kue lebaran sudah dibikin. Bikinnya gotong royong, bumer, saya, dan dua adik ipar. Kue lebaran yang dibuat di antaranya kue keju, nastar, kue coklat kacang, choco chips, putri salju, kue kacang, cake wortel, dan kacang goreng. Sudah dandan cantik di toplesnya masing-masing.


Rabu lebaran, hari Selasa siangnya setelah acara bantu memasak bumer beres, saya bersiap-siap mudik. Mudik pendek karena cuma Cimahi-Bandung, sebab Rabu siangnya juga saya sudah balik lagi ke Cimahi, acara kumpul bareng saudara lainnya tumpah di waktu tersebut. Sebetulnya pulang pergi juga bisa, tapi kali ini saya ingin merasakan momen takbiran di rumah mamah plus bantu mamah bikin gulai ayam. Biar lebih afdol, sungkeman kepada mertua dilakukan sebelum saya pergi ke Bandung.

Saya sengaja menggunakan jasa taksi Uber untuk pertama kalinya, pengen nyobain intinya, lebih murah dari taksi umum nggak, pelayanannya gimana, pengen tau aja. Alhamdulillah, dapat promo diskon dari taksi Uber, mendapat potongan 50 ribu, mayan banget kan? Yang seharusnya tarifnya sekitar 70 ribuan, kita cuma bayar 20 ribu aja. Sopirnya juga lebih ramah dan welcome dibanding taksi umum yang biasa saya pakai. Eits, ternyata sopirnya juga jujur, tadinya mau dikasih uang lebih buat tarifnya, dianya nggak mau, nolak, “Saya nggak boleh nerima uang lebih walaupun itu cuma 5oo rupiah, tarif harus sesuai dengan yang tertera, harus jujur,” kata sang sopir ramah. Aih, kapan-kapan pakai taksi itu lagi ah *kalau ada promo lagi tapi :P* #emak hemat.

Lebaran adalah hari yang paling mahal harganya. Mahal karena betapa jarangnya keluarga kami kumpul secara utuh, hanya setahun sekali. Waktu yang belum tentu bisa kita rasakan lagi di tahun berikutnya. Walaupun hanya kumpulnya satu hari, hanya sebentar, kebersamaannya akan selalu ngangenin. Silaturahmi bersama seluruh anggota keluarga memang membawa kebahagiaan yang tak terkira. Apalagi lebaran tahun ini masih bisa bersama kedua orangtua dan mertua yang masih lengkap, semoga mereka selalu diberikan kesehatan, dilapangkan rejekinya, dan usia yang berkah. Bersyukurlah kita yang masih bisa berlebaran bersama orang-orang tercinta terutama orangtua. Doa mereka sangatlah berarti buat kita.



Kalau buat anak-anak, lebaran asik dan menyenangkan itu pasti karena dapat angpao yang banyak. Kedua anak saya juga lumayan dapat angpao yang jumlahnya tidak sedikit, si cikal yang tahun ini untuk pertama kalinya berpuasa sebulan penuh, dan batal tiga hari itu pun karena sakit, dikasih bonus sama neneknya, uang yang tidak sedikit. “Tahun depan, Aa mau puasa sebulan penuh lagi ah, biar dapat uang yang banyak lagi dari nenek sama kakek dan bisa dapat banyak pahala dari Allah, biar bisa masuk surga,” seru doi gembira. Meskipun makna puasa baru dipahami sebatas itu, tapi saya sangat mengapresiasi usaha si cikal, semoga puasa di Ramadhan berikutnya dan berikutnya menjadikan kamu anak yang soleh, berakhlak mulia, dan berperilaku santun sesuai ajaran Islam, amin. 


Upcoming event
    • Hari Hijaber Nasional,
    • Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
    • Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,  Menteng, Jakarta Pusat



Post Comments

IBX58BCE5AE39DDA

Tim Dapurnulekker

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Blogger Perempuan
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic