Baju baru
Alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya, tak ada pun tak apa-apa masih ada baju
yang lamaaaa….#sing a song.
Masih ingat lagu anak-anak yang itu nggak? Hehe…
Kalau nggak salah lagunya Dea Ananda, penyanyi cilik Trio Kwek-Kwek ya. Coba
liat deh kalau jalan-jalan ke mall pas bulan Ramadhan, diskon gede-gedeannya
bikin laper mata, mulai dari baju, sepatu, tas, kerudung, dan hampir semua
barang dikasih label diskon, bahkan untuk beberapa menu buka puasa pun di
beberapa café dan resto pakai diskon pula. Nggak tanggung-tanggung, ada diskon 50%,
ada juga 70%+20%, aduh menggoda iman aja tuh diskon. Saya termasuk emak-emak
rempong yang suka belanja di hari diskon, di bulan puasa. Buat tahun ini,
berhubung baju emak bapaknya masih pada bagus plus menghemat pengeluaran, jadi
beli baju hanya diperuntukkan buat anak-anak. Beli baju anak pakai drama
segala.
Karena si cikal tidak dibawa serta berbelanja alias
dititip di neneknya—kasian takut pusing sebab doi lagi puasa—si bungsu yang
dibawa dipegang sama suami, lah saya sibuk ngubek-ngubek baju yang tertumpuk
bareng ibu-ibu lainnya. Lumayan, diskonnya 50%, merk ternama, kualitasnya juga
bagus, dan sudah biasa menggunakan merk yang ini, awet bahannya meskipun sudah
dicuci puluhan kali. Bau parfum yang beraneka macam baunya bercampur dengan
keringat, perut keroncongan, mata rasanya udah belel, tangan pegel karena
berkali-kali ngambil baju ini itu, pilih ini pilih itu, jadinya mengira-ngira
saja ukuran baju si cikal, pilih pilih pilih, ngantre di kasir yang mengular.
Begitu ke basemant, antrian mobil dan motor di siang hari yang terik, panasnya
minta ampun karena di basemant no AC lumayan bikin kepala cenat-cenut *rasanya
saat itu satu-satunya obat kepala yang paling mujarab adalah segelas es teller
atau es kelapa muda :P*
Eh, begitu baju si cikal dicobain, kegedean, nggak
bisa dituker, alhasil baju dan celana jeans yang sudah dibeli nggak terpakai.
“Mih, Aa kan puasanya udah tamat, Mamih janji beliin baju baru buat Aa kalau
puasanya full,” si cikal merengek. Ya sudah, nasi sudah menjadi bubur, baju
yang kegedean disimpan dulu aja, lagian anak kan cepat gede, beli yang baru
lagi jadinya. Tadinya udah bela-belain hemat dan nyari diskon gede, malah
keluar uang lagi dengan harga yang sama buat beli baju plus celananya. #disitu
saya merasa gondok. Tapi, tak apalah, buat saya, memenuhi janji sama si cikal
lebih berarti daripada diskon gede itu. Melihat anak bahagia, ceria dengan baju
barunya bukankah lebih penting daripada diskon gede? Lain kali, saya akan bawa
anaknya kalau hendak membeli baju buat mereka, biar nggak terulang kejadian
serupa.
Lebaran, selalu dinanti, dirindukan, dan dirayakan
eksistensinya. Setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh, hari raya adalah
hari dimana seluruh umat Muslim di dunia bersuka cita menyambut kehadirannya,
bersuka cita karena kembali fitri atau suci. Karena Idul Fitri hanya terjadi
setahun sekali, kita merayakan hari raya ini dengan penyambutan yang luar
biasa, mulai dari baju yang identik dengan harus baru *walaupun ngga wajib
hukumnya*, angpao, silaturahmi, mudik, makanan khas lebaran seperti opor ayam,
ketupat, gulai, atau kue lebaran yang nggak ketinggalan.
Buat saya, lebaran tahun ini merupakan tahun special
karena setelah vakum beberapa tahun dari shalat Ied akhirnya bisa kembali
berpijak di lapangan khusus untuk shalat Ied. Sejak tahun 2009, setelah
memiliki anak, saya nggak pernah shalat Ied ke masjid sebab harus jaga si kecil
di rumah. Sekarang, si cikal sudah berusia 7 tahun, yang bungsu 3 tahun,
dua-duanya bisa dibawa ke masjid untuk shalat berjamaah. Yeayy! Kembali bisa
shalat Ied benar-benar membawa keceriaan tersendiri apalagi bisa shalat bareng
anak-anak.
Lebaran kali ini, di hari pertamanya saya ingin
merasakan shalat Ied dan silaturahmi di rumah mamah di Antapani, Bandung.
Suasana lebarannya lebih terasa, anak-anak juga happy karena banyak saudara
yang seumuran dengan mereka. Di Cimahi, lingkungan rumahnya memang nggak
seramai di Bandung, cenderung sepi.
Berhubung rumah mertua selalu menjadi tuan rumah di
hari lebaran, ibu mertua selalu menyiapkan kue lebaran dan beberapa menu
makanan khas lebaran. Beberapa hari sebelum lebaran tiba, kita sudah membuat
pempek. Sengaja dibuat jauh hari sebelum lebaran supaya tidak terlalu capek.
Lagipula, pempek yang telah direbus bisa disimpan di kulkas bersama saus
cukonya. Kalau mau, tinggal menggoreng saja. Selasa di pagi harinya alias H-1,
saya sudah berkutat di dapur. Membantu ibu mertua bikin opor ayam, rendang,
sambal goreng terasi, martabak kari, sambal cabe ijo, dan sambal kentang ati. Ayam
buat opor, saya selalu memotongnya menjadi empat bagian, biar ketika opor
bersisa, ayamnya sedap jika dipanggang atau dibakar. Meskipun ada drama harga
daging sapi melonjak drastis, membuat rendang dan opor ayam di hari lebaran
wajib ada. “Tamu harus dijamu sebaik mungkin, sangat jarang kan saudara jauh
bisa ngumpul disini, setahun sekali malah, nggak apa-apa daging sapi mahal,
yang penting ada uangnya, lebaran tanpa opor tanpa rendang bagai sayur tanpa
garam,” kata bumer sambil tersenyum. Daging sapi dan daging ayam segar memang
akan membuat masakan akan lebih sedap dibandingkan daging frozen.
Rabu lebaran, hari Selasa siangnya setelah acara
bantu memasak bumer beres, saya bersiap-siap mudik. Mudik pendek karena cuma Cimahi-Bandung,
sebab Rabu siangnya juga saya sudah balik lagi ke Cimahi, acara kumpul bareng
saudara lainnya tumpah di waktu tersebut. Sebetulnya pulang pergi juga bisa,
tapi kali ini saya ingin merasakan momen takbiran di rumah mamah plus bantu
mamah bikin gulai ayam. Biar lebih afdol, sungkeman kepada mertua dilakukan
sebelum saya pergi ke Bandung.
Saya sengaja menggunakan jasa taksi Uber untuk
pertama kalinya, pengen nyobain intinya, lebih murah dari taksi umum nggak, pelayanannya
gimana, pengen tau aja. Alhamdulillah, dapat promo diskon dari taksi Uber,
mendapat potongan 50 ribu, mayan banget kan? Yang seharusnya tarifnya sekitar
70 ribuan, kita cuma bayar 20 ribu aja. Sopirnya juga lebih ramah dan welcome
dibanding taksi umum yang biasa saya pakai. Eits, ternyata sopirnya juga jujur,
tadinya mau dikasih uang lebih buat tarifnya, dianya nggak mau, nolak, “Saya
nggak boleh nerima uang lebih walaupun itu cuma 5oo rupiah, tarif harus sesuai
dengan yang tertera, harus jujur,” kata sang sopir ramah. Aih, kapan-kapan
pakai taksi itu lagi ah *kalau ada promo lagi tapi :P* #emak hemat.
Lebaran adalah
hari yang paling mahal harganya. Mahal karena betapa jarangnya keluarga kami
kumpul secara utuh, hanya setahun sekali. Waktu yang belum tentu bisa kita
rasakan lagi di tahun berikutnya. Walaupun hanya kumpulnya satu hari, hanya
sebentar, kebersamaannya akan selalu ngangenin. Silaturahmi bersama seluruh
anggota keluarga memang membawa kebahagiaan yang tak terkira. Apalagi lebaran
tahun ini masih bisa bersama kedua orangtua dan mertua yang masih lengkap,
semoga mereka selalu diberikan kesehatan, dilapangkan rejekinya, dan usia yang
berkah. Bersyukurlah kita yang masih bisa berlebaran bersama orang-orang
tercinta terutama orangtua. Doa mereka sangatlah berarti buat kita.
Kalau buat anak-anak, lebaran asik dan menyenangkan
itu pasti karena dapat angpao yang banyak. Kedua anak saya juga lumayan dapat
angpao yang jumlahnya tidak sedikit, si cikal yang tahun ini untuk pertama
kalinya berpuasa sebulan penuh, dan batal tiga hari itu pun karena sakit,
dikasih bonus sama neneknya, uang yang tidak sedikit. “Tahun depan, Aa mau
puasa sebulan penuh lagi ah, biar dapat uang yang banyak lagi dari nenek sama
kakek dan bisa dapat banyak pahala dari Allah, biar bisa masuk surga,” seru doi
gembira. Meskipun makna puasa baru dipahami sebatas itu, tapi saya sangat
mengapresiasi usaha si cikal, semoga puasa di Ramadhan berikutnya dan
berikutnya menjadikan kamu anak yang soleh, berakhlak mulia, dan berperilaku
santun sesuai ajaran Islam, amin.
Upcoming event
- Hari Hijaber Nasional,
- Tanggal: 07 Agustus 2016 –
08 Agustus 2016
- Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,
Menteng, Jakarta Pusat