Rasanya bangga menjadi bagian dari warga Bandung yang lahir dan dibesarkan di Kota Parahyangan ini. Bandung kini menjadi tempat yang paling diburu ketika hari libur tiba, banyak dari luar kota yang berlibur, berburu distro, bahkan berkuliner ria nyari makanan dan tempat asik buat memanjakan diri. Tempat wisatanya oke, urusan fashionnya oke, kulinernya pun oke punya, ini yang dimiliki kota dengan sebutan Paris van Java ini.
Jalan-Jalan di Bandung yang Murah Meriah
Kini, banyak ruang publik yang bisa dijadikan arena bermain, main mah nggak usah ke tempat yang mahal-mahal, cukup bawa anak-anak ke beberapa taman yang ada di Bandung, dijamin mereka bakalan happy. Meskipun sudah 8 tahun lebih saya tinggal di Cimahi, kalau urusan main dan cari makan enak, termasuk belanja baju pasti ke Bandung lagi ke Bandung lagi.
Bosan ngajak anak-anak main ke mall akhirnya pilihan bermain pasti selalu jatuh pada taman-taman yang ada di Bandung. Taman Balaikota termasuk salah satu tempat yang sering saya kunjungi karena ini juga permintaan anak-anak ingin bermain kesana, pengen liat ikan sama air mancur katanya. Begitu air mancur keluar, horeeee! pada girang semua. Duduk di taman ini juga menjadi tempat yang asik buat liat pesawat lewat yang hendak mendarat di bandara Husein. Suaranya yang bergemuruh dan badan pesawat yang terlihat besar menjadi daya tarik tersendiri buat anak-anak. Apalagi sekarang taman Balaikota telah direnovasi, ada beberapa alat bermain seperti ayunan, perosotan di salah satu spot taman, disitu juga anak-anak bisa bermain air di sungai Cikapayang, hayu guyang!
Air mancur di Balaikota keluarnya pada saat jam tertentu saja (Dokumentasi pribadi) |
Taman berikutnya adalah taman depan masjid Salman yang ada di jalan Ganesha tepat di depan kampus ITB. Lapangan ini sering dijadikan sarana bermain anak-anak atau tempat diskusi mahasiswa, tempatnya adem, dan saya suka membawa anak-anak bermain kesini untuk berlari-lari, kejar-kejaran. Apalagi kalau kesini hari Minggu pas ada acara car free day (CFD) Dago, pagi-pagi diajak jalan kaki di bawah sinar matahari pagi yang masih segar. Banyak pedagang loh disini, baso tahu ada, batagor, mie ayam, bakso, potato spiral, cilok, cireng bumbu, risoles, aneka jus, keripik, tahu sumedang, sosis bakar, permen gulali, bandros, es serut, dan masih banyak lagi, semuanya tinggal pilih, seruuu!
Asiknya bermain kejar-kejaran (Dokumentasi pribadi) |
Taman Lansia, adalah taman yang berada di sebelah kanan Gedung Sate yang menjadi favorit saya dan keluarga berjalan-jalan. Lansia sendiri singkatan dari lanjut usia. Walaupun namanya Taman Lansia tapi bukan berarti taman ini hanya untuk para lansia saja, taman ini bebas diperuntukkan bagi siapa saja. Selain asik untuk duduk-duduk, berolahraga, berjalan kaki, menghirup segarnya udara dari pepohonan, di sekitar taman ini juga banyak penyewa kuda dan delman, dan jajanan yang enak-enak serta ada satu kulineran yang tak boleh dilewatkan, yoghurt Cisangkuy, rasanya segar. Yoghurt di sini berasal dari buah-buahan segar, rasa yoghurtnya tidak terlalu asam, tetapi lebih cenderung manis. Abis jalan-jalan di taman Lansia terus minum yoghurt Cisangkuy emang yahud.
Taman Lansia (Dokumentasi pribadi) |
![]() |
Yoghurt Cisangkuy terletak di jalan Cisangkuy No. 66 Bandung
sumber: wisatabandungoffroad.com
|
Tempat bermain asik lainnya yang paling disenangi anak-anak adalah Taman Alun-Alun. Taman ini terletak tepat di depan Masjid Raya Bandung. Banyak warga yang datang kesini untuk sekedar duduk-duduk sambil botram, banyak juga anak-anak yang berlari-larian bermain bola.
Alun-alun Bandung |
![]() |
Bahagia itu sederhana |
Anak-anak saya termasuk sering bermain kesini. Enaknya sih pagi atau sore hari pas cuaca lagi cerah datang ke Taman Alun-Alun. Jangan coba-coba datang kesini pas cuaca lagi panas karena rumputnya juga jadi panas. Jadi inget waktu pertama kali datang ke taman Alun-Alun karena penasaran banget sama si rumput hijau ini. Datang jam 11 siang ke TKP, penuh dengan lautan manusia yang sama-sama penasaran dengan taman baru ini, sampai-sampai parkiran dimana-mana penuh, akhirnya baru bisa parkir di jalan Otista, jauh banget kalau pengen ke taman Alun-Alun, tapi demi memenuhi kepenasaranan tadi, saya rela berjalan jauh dari jalan Otista sambil gendong si bungsu.
Matahari jam 12 siang memang sedang berada tepat di tengah, panasnya minta ampun, sambil berdesak-desakkan akhirnya nyampe juga ke Taman Alun-Alun, alas kaki harus dibuka kata salah seorang warga yang sama-sama berdesakkan. Alamak! Kaki berasa terbakar begitu nginjek rumput, tercium juga bau kaki yang bikin kepala tambah pening. Ah, sudahlah pulang lagi. Keesokan harinya, datang ke Taman Alun-Alunnya dipagi hari atau sore hari. Hari Sabtu atau Minggu biasanya tempat ini lebih padat dibanding hari biasanya.
Beruntung kedua anak saya nggak pernah ngeluh kalau diajak jalan-jalan berjalan kaki, mereka malah senang kalau diajak ke jalan Asia Afrika dan Jalan Braga. Di sekitar jalan Asia Afrika banyak orang yang datang untuk duduk di kursi yang telah disediakan bahkan sampai foto-foto. Si bungsu sih kalau diajak ke daerah ini fokusnya suka nyari-nyari mobil polisi terus minta difotoin sm mobilnya. Saya sendiri paling suka menikmati malam duduk di depan Hotel Savoy Homan, rasanya adem banget liat cahaya lampu yang keluar dari hotel itu, duh bagus banget memang kalau tampak malam hari. Mungkin karena cat hotelnya sendiri berwarna abu, jadi pas malam keluar cahaya lampu berwarna kuning jadi bagus.
Jalan Asia Afrika di waktu malam |
Kuliner di Bandung yang Recommended
Nggak lengkap rasanya jika jalan-jalan tanpa kulineran. Istilahnya sambil menyelam minum air. Salah satu kulineran yang tak boleh terlewatkan adalah yang terletak di Jalan Braga, konon katanya, di sepanjang jalan ini banyak kenikmatan makanan yang sudah populer sejak jaman Belanda sampai sekarang, dan itu memang benar, sebagai tukang jajan, saya termasuk orang yang ngefans dengan jajanan yang ada di Jalan Braga. Pada jaman keemasan kolonial Belanda, Jalan Braga memiliki nilai historis. Dulu, sebelum dinamakan Jalan Braga, jalan ini bernama Jalan Pedati karena banyaknya pedati yang melewati sepanjang jalan ini yang membawa kopi, namun beberapa tahun kemudian diubah menjadi jalan Braga atau Bragaweg oleh seseorang bernama Pieter Sitjhoff.
Bangunan yang terletak di sepanjang Jalan Braga terlihat berarsitektur art deco, Indo-Europeanen, atau neo-klasik yang menandakan bahwa Jalan Braga dahulunya pernah menjadi kawasan elite. Berjalan-jalan di sepanjang Jalan Braga memang asik apalagi sambil jajan, banyak kita jumpai juga beberapa puluhan lukisan yang dijual dipinggir jalan. Dari ujung Jalan Braga ada toko kue Canary, kadang kalau melintas ke daerah ini suka tercium aroma panggangan kue yang bikin perut jadi laper berat. Toko Canary menyediakan aneka roti, es krim, cake, dan beberapa menu makanan berat juga, ada nasi rames, bistik sapi, bistik ayam, nasi gepuk goreng, semuanya enak-enak.
![]() |
Toko Canary Jalan Braga (sumber: info.walanja.co.id) |
Toko roti lainnya yang bernilai sejarah adalah Toko Roti Sumber Hidangan., terletak di Jalan Braga No. 20-22. Toko ini berdiri sejak tahun 1929, wow lama juga, ya. Het Snoephuis adalah nama toko roti ini dahulunya. Di toko ini kita bisa mencicipi aneka roti dengan resep kuno seperti roti kismis, roti isi krim keju, roti isi sosis. Toko Roti Sumber Hidangan terkenal dengan kuenya yang bernama bokkepotjes, tompoes, kue amandel, macam-macam kue semprit, dan ada cake moka. Nah, yang jadi favorit di toko ini buat saya adalah kue sempritnya, nggak giung, manisnya pas, nggak berlebih. Selain roti, ada juga es krim homemade dari Sumber Hidangan dengan berbagai rasa, ada kroket, risoles, dan bitterballen, itu tuh yang bentuknya bulat-bulat kaya bola pingpong.
![]() |
Toko Roti Sumber Hidangan (sumber: www.serbabandung.com) |
Toko kue lainnya yang tak kalah enaknya adalah Toko kue French. Toko kue yang merangkap toko parfum ini menjual aneka kue kering, kue tart, dan roti. Yang menjadi andalan di toko kue French adalah roti isi mayonaise dan jagung manis. Di sebelah toko kue French ada tempat makan yang asik juga, namanya London Cafe, di cafe ini kita bisa duduk-duduk santai sambil ngopi, duduk di teras lebih asik, ngopi sambil liat lalu lintas kendaraan yang lewat dan menikmati lezatnya cake yang moist. Hmmm...nikmatnyaaaa....
Salah satu toko kue yang sering saya buru di Jalan Braga adalah toko kue Suga Rush, beberapa tahun lalu waktu red velvet dan rainbow cake sedang ngehits, pilihan saya jatuh pada toko kue ini, enak banget yang pasti. Saking sukanya dengan dua cake tadi, saya sering menyuruh tukang ojek untuk membelinya. Rainbow cake dan red velvet temen yang asik banget saat menemani masa-masa deadline yang super mepet, hehe... *makannya cuma beberapa slice, kok.
![]() |
Toko Kue Suga Rush (sumber: indonesiasupertraveller.blogspot.com) |
Yang tak terlupakan di Jalan Braga ini adalah makan di restoran Braga Permai, yang bercirikan meja makan berpayung di teras, suasananya seperti cafe-cafe di Eropa sana, ada pot-pot dan tanaman palem yang ditata rapi yang membuat tampak indah, nyaman, dan asri. Restoran ini berdiri sejak tahun 1921. Menu yang disajikan di restoran Braga Permai adalah menu Eropa, chinese food, dan tradisional Indonesia. Yang terkenal dan paling laris manis pada restoran ini adalah pancakenya yang super enak. Selain itu, ada juga beberapa kreasi dari coklat yang tentunya lezat-lezat.
Itu tadi beberapa kuliner recomended di sepanjang jalan Braga. Kuliner yang ada di Bandung lainnya yang selalu menjadi tujuan saya adalah Warung Lela alias Wale. Ibu Lelasari adalah nama pemilik Wale ini. Meskipun jaraknya memang terbilang jauh dan agak terjal, tempat ini tetap asik buat menikmati semangkok yamin bakso favorit saya plus segelas jus segar. Kalau untuk anak-anak dipilih menu nasi, ada sop buntutnya yang enak, nasi tim ayam, ada juga sih nasi yang disajikan dengan semur lidah sapi (yang ini belum nyoba, hehe). Sekilas rasa dari yamin ini mengingatkan saya sama mie bakso khas Tasik, sama-sama enak.
Yamin Bakso dari Wale (Dokumentasi Pribadi) |
Kuliner yang ada di Lembang ini sangat memikat hati, Kampung Daun, bagaimana tidak, selain suasananya yang indah banget tapi disini juga makanannya super duper lezat, ada sop buntut yang selalu dihabiskan sampai kuahnya nggak bersisa, ada rawon si hitam manis khas Jawa Timur, Nasi Timbel, nasi liwet, batagor, surabi, ada juga bajigur bandrek khas Parahyangan, menu western seperti pizza, steak, dan pasta juga ada. Kampung Daun terletak di Jalan Sersan Bajuri Km 4.7 No 88-RRI Bandung-Jawa Barat. Kalau udah datang kesini dijamin deh rasa penat bakalan ilang. View di sini asik juga buat foto-foto.
Kampung Daun (Dokumentasi Pribadi) |
Ingat Bandung ingat Cuanki Serayu, gegara liat beberapa teman
pada pasang foto cuanki Serayu di profil BBM, saya jadi ikut-ikutan mupeng bin
ngences liat satu porsi cuanki dengan tambahan saus yang ‘lekoh’. Jadi kabita
pisan, pokoknya harus dijadwalkan buat ngedatangin Cuanki Serayu. Titik.
Akhirnya, hari Minggu disempetin buat
jalan-jalan ke Bandung, dari pagi maen ke CFD Dago, lanjut bawa jalan-jalan
anak ke beberapa taman, dan tibalah jam 10 siang ke jalan Serayu. Eits, jam
segitu kedainya belum buka, tapi yang nungguin udah banyak banget. Hmm, banyak
juga yang ngincerin cuanki Serayu dari awal, padahal kedainya buka jam 11
siang. Kursi bagian depan kedai sudah dipenuhi beberapa orang, beberapa mobil
dan motor banyak terparkir sepanjang jalan Serayu. Daripada nunggu di kedai 1
jam lagi takut anak-anak rewel kita mutusin untuk keliling-keliling dulu pakai
motor ke taman terdekat dari jalan Serayu.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB.
Balik lagi ke kedai cuanki Serayu ternyata sudah buka, dan waw! Kedai bagian
dalam dan luar dipenuhi orang-orang, padat. Yang pesan cuanki dan batagor antre
banget. Akhirnya setengah jam kemudian pesanan pun datang, dua mangkok cuanki
plus teh botol dingin untuk minumnya. Sudah puas makan cuanki di tempat? Belum.
Makan satu porsi cuanki berasa kurang, saya pesan lagi dua bungkus untuk dibawa
pulang, hehe...
![]() |
Cuanki Serayu |
Cari uang jalan kaki, itulah cuanki.
Kalau ngomongin cuanki, yang jadi juaranya pasti cuanki Serayu. Cuanki yang
sudah ada sejak tahun 1990 yang terletak di jalan Serayu No. 2 ini bisa
dibilang cuanki paling dicari di kota Bandung. Sudah seperempat abad cuanki ini
berada, dari segi rasa memang patut diacungi jempol, tetap laziz. Konon, kuah
kaldu cuanki ini dibuat dari tulang ikan. Cuanki Serayu yang pertama kali
diperkenalkan oleh Pak Kasno dan Pak Rajim sudah memiliki banyak pelanggan dari
dalam dan luar kota.
Satu porsi cuanki yang terdiri atas
baso kecil, tahu putih, siomay, dan tahu goreng ini kini dipatok seharga Rp.
15.000,- Selain cuanki, kedai ini pun menyediakan batagor khas Bandung yang tak
kalah enaknya. Anda bisa memesan cuanki dalam satu porsi atau setengah porsi.
Selain bisa menikmati cuanki dan batagor ini di tempat, Anda pun bisa
membelinya dengan dibungkus untuk dibawa pulang.
Kedai Cuanki Serayu mulai buka pukul 11
siang hingga pukul 8 malam. Meskipun mulai buka pukul 11, biasanya sebelum
pukul 11 sudah banyak pembeli yang mulai berdatangan lebih awal. Ini menandakan
bahwa Cuanki Serayu sebagai salah satu kuliner Bandung yang selalu dinanti.