
Lebaran, hari
rayanya umat Muslim ini memang hari paling akbar-hari paling istimewa yang
terjadi setahun sekali. Lebaran yang identik dengan mudik alias pulang kampung,
angpao, THR, sungkeman, ziarah, macet, silaturahmi seluruh anggota keluarga,
kue lebaran kaya nastar, kue keju atau kastengel, kue semprit, dan masih banyak
lagi kue-kue lainnya. Suasana lebaran bagi siapapun yang merayakan pasti akan
selalu menjadi moment yang paling ditunggu-tunggu, termasuk bagi saya dan
keluarga. Sejak memiliki anak tahun 2009 udah sekitar 7 kali saya tidak pernah
mengikuti shalat Ied karena anak nggak ada yang pegang, shalat tarawih pun
selalu saya lakukan di rumah setelah anak-anak tidur. Mudah-mudahan tahun ini,
karena anak-anak juga udah pada gede, saya bisa memenuhi rasa kangen untuk
kembali shalat Ied di masjid bareng mereka (dan semoga mereka anteng ya nggak
lari sana sini pas shalat…hehe).
Bagi keluarga
saya, lebaran-hari yang paling dinanti ini selalu identik dengan makanan khas
yang wajib-kudu ada di meja makan. Berhubung saya masih tinggal di PMI alias
pondok mertua indah, yang mana rumah mertua menjadi pusat berkumpulnya seluruh
keluarga pas lebaran, sebagai tuan rumah tentunya sibuk masak ini itu untuk
dihidangkan. Dan, sebagai menantu yang baik, saya selalu siap siaga membantu
ibu mertua masak atau bikin kue. 7 makanan khas yang wajib ada di antaranya
rendang, opor ayam, ketupat, martabak kari, sambal kentang, sambal cabe hijau,
dan aneka kue kering seperti nastar, kastengel, kue kacang, coklat kacang,
kacang goreng, kue salju, dan tak ketinggalan kue basah khas Palembang yaitu
kue engka dan kue lapis legit.
Rendang,
walaupun daging sapi terbilang mahal, menu ini wajib ada pas lebaran karena
bikinnya juga setahun sekali. Biasanya kita memasaknya H-1, berbagi tugas
semuanya agar semua masakan bisa beres dan esok tinggal menyantapnya saja. Saya
bisa masak rendang dari ibu mertua, nggak boleh pelit bumbu kalau mau bikin
rendang yang enak kata bumer mah. Masak rendang butuh kesabaran, sabar pas ngaduk-ngaduk
bumbu berikut santannya sebab lumayan menguras tenaga juga ternyata, hehe. Jika
sudah terlihat bumbu dan minyaknya terpisah, ini menandakan rendang sudah
matang. Wangi bumbu khas rendangnya itu loh, memenuhi semua ruangan, bikin
baper abis. Biasanya wajan bekas memasak rendang nggak langsung dicuci, suka
saya tambahkan nasi putih, diaduk-aduk sampai bumbu rendangnya bersih tak
bersisa, hehe (abis bikin rendang cuma setahun sekali, jarang banget, hahaha).
![]() |
Rendang |
Opor ayam,
sedap disantap dengan ketupat ini kayanya hampir di semua rumah pasti dijumpai
pas lebaran tiba. Resep opor dari ibu mertua selalu menjadi andalan saya juga. Saya
suka masak opor nggak sampai dagingnya hancur, sengaja dipotong-potong gede,
biar pas masih bersisa, daging ayamnya enak kalau dipanggang di oven atau
dibakar di atas batok kelapa. Rasanya enak banget, gurih karena diungkep dengan
santan.
![]() |
Opor Ayam |
Martabak
kari, menu yang satu ini bisa pengganti nasi atau ketupat. Sangat mengenyangkan
karena dibuat dari tepung terigu yang diisi telur ayam lalu disiram kuah kari
daging. Sedapnya juara!
![]() |
Martabak Kari |
Sambal
kentang, bisa ditambahkan ati atau petai, salah satu menu yang harus hadir juga
pas hari raya. Bahan kentang untuk membuat sambal kentang sebaiknya memilih
kentang yang mulus dan berkualitas baik. Kentang digoreng terlebih dahulu
sebelum dijadikan sambal, bisa dipotong kotak kecil biasa atau bergerigi.
![]() |
Sambal kentang |
Sambal cabe
ijo, salah satu sambal selain sambal goreng terasi yang ikut melengkapi menu
lainnya. Rasanya cetar karena pedas. Makan rendang memang lebih afdol kalau
ditemani sambal cabe ijo plus lalap daun singkongnya.
![]() |
Sambal Hejo |
Kata ibu
mertua, sebelum pindah ke Cimahi, dulu kalau lebaran di Palembang makanan
seperti yang disebutkan tadi plus beberapa makanan khas Palembang (pempek,
tekwan, celimpungan) pasti selalu ada di meja makan. Setiap tetangga
menghidangkan banyak sekali makanan karena tradisi di sana adalah wajib bagi
setiap orang untuk saling mengunjungi rumah dari rumah, nggak boleh ada yang
terlewat, dan tiap kali masuk rumah, tamu diwajibkan mencicipi semua hidangan
yang tersedia, dilarang nolak katanya. Anak-anak yang sudah berkeliling pulang
bawa angpao yang banyak dan perut yang gendut karena sudah makan banyak. Hal
itu nggak terjadi disini, di Cimahi katanya. Di sini mah lebaran teh
masing-masing, bikin hidangan yang banyak juga percuma banyak kebuang karena
beda tradisi dengan di Palembang. Duh, coba ya ada tradisi gitu juga disini, enak
bener bisa nyicipin semua makanan sesuka hati kita…(Deuh tambah melar deh badan
:P)
Yang datang
ke rumah pas lebaran adalah keluarga besar dari mertua, tumplek semua disini.
Seharian pasti riuh sama canda tawa, kumpul bocah lari sana sini, sambil menikmati
ketupat, opor, rendang, dan hidangan lainnya. Suasana super ramai pas pembagian
angpao buat anak-anak. Anak-anak semuanya disuruh antri biar kebagian angpao,
yang bagi angpao pun gantian, Uwa, bibi-paman, keponakan, sepupu yang udah pada
kerja. Asyik pokoknya, cuma setahun sekali moment seperti ini terjadi.
Saya sendiri
nggak menjalani istilah mudik karena kebetulan rumah mamah adanya di Antapani,
Bandung, jadi cukup pulang pergi saja. Dekatlah jarak Antapani-Cimahi, kalau
lancar perjalanan sekitar 45 menitan. Makanan yang tersedia di rumah mamah
cukup sederhana ada opor ayam, sambal kentang, dan ketupat saja. Menu lainnya
lebih nyunda, asin, sambal, lalapan, ayam goreng, ikan goreng, petai, dan
jengkol goreng.
Apapun
makanannya, yang pasti moment lebaran adalah moment yang paling membahagiakan
bagi semua orang terutama umat Islam yang melaksanakannya, moment dimana kita
bisa saling bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga, teman, saudara, saling
memaafkan satu sama lain agar kita semuanya kembali fitri, menyongsong hidup
yang lebih baik ke depannya.